Red Bobblehead Bunny Kasyafa Firesa's Blog: April 2014

Thursday, April 10, 2014

Lulus SMA, Kuliah atau Kerja?



Seragam putih abu-abu sebentar lagi akan kamu tinggalkan. Pengumuman kelulusan juga sebentar lagi akan dikumandangkan. Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya? Kerja di sebuah perusahaan, memiliki usaha sendiri, ataukan melanjutkan studi? Bingung? Tidak usah panik. Fenomena ini memang sudah seperti menjadi tradisi di kalangan siswa SMA ataupun Sekolah Kejuruan. Tenanglah dan coba lakukan beberapa tips dibawah ini, semoga bermanfaat.

1. Ikuti Kemauan Hati
Pertama, jangan fikirkan hal-hal yang lain dahulu. Merenunglah dan coba bertanya dalam hati. Bertanya kepada dirimu sendiri. Adakah kamu ingin melanjutkan studi? Kembali menuntut ilmu dan mengasah kemampuan yang sudah kamu raih di masa putih abu-abu? Menggeluti bidang akademik yang kamu senangi, berhadapan dengan sederet teori dan rumus yang harus kamu pahami, mengerjakan tugas dari dosen yang mungkin saja tidak sedikit dan menguras waktu? Ataukah, apakah kamu telah 'lelah' dan ingin 'beristirahat' untuk terjejalkan dengan materi di buku pelajaran yang tebal, ingin merasakan menghasilkan uang dengan keringat sendiri sejak dini, ingin meringankan orang tua dengan biaya melanjutkan kuliah yang mungkin tidak murah? Pikirkan baik-baik dan pilih satu opsi yang sangat-sangat kamu inginkan. Ingat. yang kamu inginkan, yang sesuai dengan hati kamu. Bukan berdasarkan teman ataupun orang tua.

2. Pertimbangkan Saran Orang Tua
Setelah kamu memilih satu opsi itu, tugas kamu sekarang adalah meminta pertimbangan dari orang tua. Karena mereka adalah orang kedua yang lebih mengetahui kamu setelah diri kamu sendiri. Biasanya orang tua akan menyarankan kamu untuk melanjutkan kuliah. Namun ada juga beberapa yang menyarankan kamu untuk bekerja, kalau hal ini mungkin terkait dengan masalah ekonomi. Setelah kamu tanyakan, bandingkanlah dengan opsi yang telah kamu pilih tadi. Samakah? Atau berbeda? Kalau sama, bagus. Cukup membaca 2 poin dari tips ini dan pilih opsi itu menjadi pilihan yang harus kamu ambil. Tapi jika berbeda? Jangan panik. Tuliskan opsi itu dibawah opsi yang telah kamu pilih. Jangan langsung memusingkan dengan perbedaan tersebut. Masih banyak hal yang harus kamu pertimbangkan selain saran orang tua.

3. Minta Saran Teman
Ini fenomena yang saya alami. Ceritanya, karena saya lulusan SMA, mayoritas teman di sekolah lebih melanjutkan kuliah. Hanya sedikit bahkan bisa terhitung dengan jari yang ingin melanjutkan bekerja. Dan sebaliknya, teman-teman saya di komplek rumah, atau di organisasi lain diluar sekolah, yang memang rata-rata lulusan sekolah kejuruan seperti SMK, mayoritas dari mereka memilih untuk bekerja di perusahaan. Alasan memilih kuliah ataupun memilih kerja memang sangat beragam. Kedua-keduanya masuk akal, realistis. Terkadang kamu akan merasa bingung, maka itu cobalah meminta saran dari temanmu, karena mereka adalah orang ketiga yang tahu akan dirimu, bagaimana kemampuan akademik kamu di sekolah, dan tentu tahu apa yang menjadi passion kamu menurut pandangan mereka masing-masing.

4. Lihat "Passion" Kamu
Kamu ataupun teman-teman kamu jika ditanyakan hal yang berhubungan dengan passion tentu akan memilik jawaban yang rata-rata sama. Lihat raport kamu, evaluasi nilai-nilai kamu, re-check hobi-hobi kamu. Kalau ternyata kamu memiliki talenta di bidang akademik, atau kamu sangat tertarik dengan dunia akademik, ingin lebih menguasai sains atau ilmu sosial dan sebagainya, itu menunjukkan bahwa passion kamu adalah melanjutkan kuliah. Namun jika kamu lebih tertarik untuk bekerja dini, berhadapan dengan mesin-mesin produksi, ingin membeli sesuatu dengan uang dari hasil keringat kamu sendiri, itu berarti passion kamu adalah bekerja. Coba kroscek, apa yang menjadi passion  kamu?

4. Ketahui Kondisi Ekonomi Keluarga
Biasanya inilah yang menjadi faktor penentu. Jika keluargamu tergolong mampu, mungkin kamu akan langsung memilih untuk melanjutkan kuliah. Dan jika sebaliknya, mungkin kamu akan memilih untuk bekerja. Disini saya menyarankan untuk "mengetahui" kondisi ekonomi keluarga, namun bukan berarti ini tips terakhir yang mematikan langkah kamu. Ingat, tidak berarti jika kondisi ekonomi keluargamu kurang itu pertanda kamu "harus" bekerja dan melupakan impian untuk kuliah. Di Indonesia khususnya, perusahaan memang banyak, perguruan tinggi juga banyak. Tetapi beasiswa juga banyak, kawan! Tidak usah takut untuk bermimpi kuliah, tidak perlu langsung memutuskan untuk melamar pekerjaan, kecuali jika kamu memang ingin bekerja dengan alasan lain.
Maksud disini 'mengetahui kondisi ekonomi', jika orang tuamu tergolong mampu dan kamu juga menginginkan kuliah, mantapkanlah hati kamu untuk memilih opsi itu. Tapi jika kondisi ekonomi kurang mendukung namun kamu memiliki keinginan kuat untuk melanjutkan kuliah, tak usah berfikir panjang lagi. Segera koneksi dengan internet, tanya sana-sini dan carilah perguruan tinggi yang menyediakan beasiswa. Cari info lengkapnya, ketahui persyaratannya dan penuhilah. Jika persyaratannya mengharuskan nilai rata-rata raport kamu diatas 7, coba cek apakah kamu bisa ikut atau tidak. Jika persyaratannya kamu harus menyiapkan pas photo, atau kamu harus membuat essay terlebih dahulu, jangan ragu-ragu! Ikuti saja, karena jika kamu memang niat dan bertekad kuat untuk meraih sesuatu, apapun harus kamu lakukan. Apapun, sesuai kemampuanmu.

5. Ucapkan Basmalah dan Mantapkan Hati
Setalah kamu melakukan empat tips diatas, coba rangkum itu semua menjadi satu kata. Ucapkanlah 'bismillahirrahmanirrahim' karena itu berarti kamu menggantungkan semuanya pada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Setelah itu, mantapkanlah hati kamu. Jika kamu memilih A, patenkan pada hati kamu, teriakkan hati kamu bahwa SAYA MEMILIH A. Itu artinya, segala konsekuensi yang timbul setelah kamu memilih opsi A, itu adalah kodrat kamu yang harus kamu jalani. Ingat, orang besar adalah orang yang berani menghadapi tantangan dan resiko. Janganlah menjadi orang kerdil yang sebentar-sebentar menggantikan pilihan atau plin-plan. Jadilah pribadi yang konsisten. Karena apa? Seseorang yang konsisiten baik ucapan maupun perbuatan akan disegani orang banyak. Teman-teman, orang tua, bahkan orang yang tak sama sekali mengenalmu. Disegani orang banyak, siapa sih yang tidak mau?

6. Jalani Opsi Dengan Pasti
Setelah opsi telah kamu pilih, segera realisasikan opsi tersebut. Mendaftarkan dirimu pada sebuah perguruan tinggi, atau melamarkan dirimu pada sebuah perusahaan. Jangan lupa ikut sertakan persyaratan beasiswa jika kamu mendaftarnya. Yang harus diingat adalah, bahwa life is not flat. hidup yang datar akan berjalan biasa tanpa lika-liku sehingga hidup itu tidak berwarna. Adalah normal jika kita menghadapi tantangan di setiap detik kehidupan. Jangan lari terbirit-birit sambil menutup muka menghadapi tantangan tersebut. Tapi tegakkanlah badanmu, atur nafas, berfikir secara dingin dan mulailah mencari solusinya. Hilangkan keluh kesah karena itu tak akan menyelesaikan masalah. Segera tandaskan masalah dengan pisau kebijaksanaanmu. Kalau kemeja putih abu-abu sudah tak digunakan, tak ada lagi alasan untuk kamu bergalau ria akan masalah ini. Tetap keep smile dan jalani hidup dengan semangat muda.
Sekian, semoga bermanfaat! :)

Beasiswa Cahaya Itenas, Menggali Asa Yang Hampir Terkubur



                  Beasiswa, siapa sih yang tidak kenal dengan istilah yang satu ini? Terlepas mereka bagian dari segenap civitas akademika atau bukan, istilah ini memang sudah memasyarakat dengan sendirinya. Dan tentu rekan-rekan semua pun tahu, setiap beasiswa pasti bertujuan untuk membantu pelajar yang memiliki potensi luar biasa namun terbatasi oleh kemampuan finansial orang tua mereka. Mungkin terdengar klasik, tapi seklasik apapun itu, ribuan ucapan terima kasih harus tetap dikumandangkan kepada kampus serba jingga ini. Karena dalam realitanya, sebanyak-banyaknya gedung perguruan tinggi di Indonesia, baik itu milik pemerintah ataupun swasta, lebih banyak lagi rekan-rekan kita diluar sana yang memilih melamarkan dirinya pada sebuah perusahaan, atau berdiam diri dalam rumah karena tak dapat melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Betapapun banyak sarjana yang lulus dengan IPK cumlaude, lulusan doktor dengan segudang kejeniusannya yang tak tertandingi, tetap masih lebih banyak rekan-rekan kita yang memiliki potensi luar biasa namun tak dapat terasah oleh keterbatasan keadaan. Banyak sekali harta terpendam Indonesia yang belum terungkap hanya karena masalah ekonomi. Banyak sekali potensi yang masih terkubur dan belum semua sempat tergali. Begitu banyak permasalahan ini bermunculan, tapi tahukah rekan-rekan semua, kampus tempat kita berkuliah saat ini, ikut menggali potensi yang hampir terkubur tersebut. Kampus jingga ini telah “mengulurkan tangannya”, turut serta membantu menuntaskan satu demi satu masalah yang datang bertubi-tubi dalam pendidikan Indonesia. Dan, kita patut berbangga karenanya.
        Sederet tulisan ini adalah sebuah patahan kata dari salah satu diantara sekian pelajar yang telah merasakan uluran tangan tersebut. Betapa banyak rekan-rekan penerima beasiswa sangat ingin “berteriak” terima kasih kepada kampus jingga ini. Kumpulan otak cerdas itu akan menyala kembali, setelah cahaya redup hampir menimpa hidup mereka. Potensi mereka akan kembali terasah. Asa mereka akan kembali tergali. Dan, mimpi mereka akan segera terwujud. Bahkan salah satu diantara mereka pun mengaku telah mencoba melamar pekerjaan di berbagai perusahaan usai kelulusannya dikumandangkan, disamping tetap berusaha mencari beasiswa sana-sini untuk mewujudkan mimpinya: melanjutkan studi di perguruan tinggi. Keterbatasan ekonomi yang menghimpit seakan “memaksa”nya untuk mengubur kembali impiannya yang tinggi. Betapa sering deraian air mata itu jatuh diantara rekan-rekan kita yang tidak rela menghapus cita-cita tingginya untuk melanjutkan pendidikan. Dan tahukah rekan-rekan semua? ITENAS menghapus air mata itu. Allah Yang Mahaadil telah menurunkan uluran kasihnya melalui kampus jingga ini. Berpasang-pasang mata itu kembali ceria. Asa itu kembali menggelora. Dan impian itu kembali dapat tergapai. Itenas masih menyadarkan mereka bahwa  hidup itu tak selamanya kejam. Pendidikan yang tinggi itu bukan seperti bintang nun jauh yang sangat sulit mereka capai. Deretan gelar dan prestasi bukan hanya milik mereka yang berkecukupan. Tidak. Itenas telah menegaskan kata “TIDAK” itu besar-besar dalam benak mereka. Dan jiwa-jiwa muda itu telah ber-azzam dengan kuatnya dalam dada mereka, mencoba membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia bukan negara yang bodoh. Indonesia masih memiliki pemuda-pemudi cerdas yang dapat membangun negerinya. Ibu-ibu Indonesia masih melahirkan titisan Presiden Habibie yang memiliki segudang potensi yang dapat terpecahkan dengan uluran tangan ini.
              Mereka, rekan-rekan kita yang merasakan uluran tangan tersebut, mengakui bahwa serangkaian proses seleksi yang dilaksanakan benar-benar bijak dan adil. Penilaian tidak hanya didasarkan pada nilai raport, tetapi juga tes tertulis serta pensurveyan ke rumah sang kandidat. Mendokumentasikan keadaan luar dan dalam rumah, sekaligus mewawancarai orang tua sang kandidat perihal ini-itu. Luar biasa objektif. Rekan-rekan kita benar-benar tersenyum puas dengan proses seleksi ini. Fasilitas yang layak diacungi jempol, sekaligus menjadi poin plus untuk sang kampus jingga. Harapan mereka, semoga fasilitas acungan jempol ini dapat terus menjadi ciri khas Itenas, hingga kelak “Beasiswa Cahaya Itenas” benar-benar menjadi sumber “cahaya” yang dapat menjadi “penerang” sekaligus penunjuk jalan keluar bagi rekan-rekan cerdas kita diluar sana.
           Terakhir yang perlu digarisbawahi oleh kita semua, segera renungkan apa yang kita miliki saat ini. Dapat melanjutkan studi tanpa harus repot-repot mencari beasiswa sana-sini, tanpa perlu melamar pekerjaan di usia dini, tanpa perlu mengeluarkan deraian air mata karena takut kehilangan impian kita. Bersyukurlah. Allah Sang Pencipta “sedang” memberikan kasih sayang-Nya kepada kita. Orang tua kita “sedang” dikaruniakan rizki yang cukup untuk membiayai kita, dan alangkah sangat bijak jika kita mensyukurinya. Menjalani apa yang sudah menjadi takdir kita, menghilangkan keluh kesah atas cobaan yang menimpa. Tidak, kita tidak pantas berkeluh kesah kepada Tuhan yang telah dengan sangat baik menyebarkan naungan rahmat-Nya. Ingat, masih banyak, dan bahkan sangat banyak rekan-rekan diluar sana yang jauh berada dibawah kita, namun mereka tetap tersenyum menghadapi keadaan. Ingatlah bahwa Allah selalu menyayangi kita semua, segala yang ada pada diri kita saat ini adalah milik-Nya. Semua. Semua milik-Nya, yang suatu saat akan diambil dari kita dan kita takkan pernah bisa mengelak. Oleh karena itu, teteskanlah air mata rasa syukurmu, pergunakan apa yang ada sebijak mungkin yang rekan-rekan bisa lakukan.
Teriring salam hangat dari rekan-rekan penerima beasiswa, senyum ketulusan terhaturkan untuk uluran tangan dari Itenas kampus tercinta kita. Bersyukur, berdoa, berusaha. Mari berlomba-lomba menggapai cita-cita kita. Almamater Itenas, BISA!
(Firda Anisah/ Unit KMI/ Teknik Industri 2013)

Puisi 1: Cukup, Selamat Tinggal!


Dan cinta itupun berakhir semu
Tertutup gulita awan yang kian temaram
Tersibak kabut tebal yang membutakan jejakku
Angin?
Huft, Ia hanya bisa menerpa helaian tipis rambut hitamku
Mengacuhkanku, bahkan walau aku terjatuh
Hujan?
Ia hanya menghilangkan tapak langkahku yang melunglai
Semakin pertebal tirai perpisahan, antara aku dan engkau
Bulan?
Ia menemaniku kala aku terlelap
Terdiam menjelajah dunia mimpiku yang tiada batas
Melengkungkan senyum indahmu, yang menyiratkan senyum di wajahku
Mentari?
Ia yang menyinariku, kala hatiku gelap atas sikap dinginmu
Ia yang menghangatkanku, kala aku rindu akan pelukanmu
Ia yang tak lelah menatapku
Ia yang selalu menyegarkanku
Dan ia yang menemani bayang diriku, yang terus melangkah mencarimu

Ini,
Inilah saatnya
telah tiba watuku untuk bersuara
Ungkapkan cerita yang telah lama tersibak awan gelap 
Tenggelam dalam samudera kesedihan yang kian mendalam

Hay,
Dengarkan aku, ya?
Celotehan kecil ini untukmu lho,
Hanya unukmu, kaum adam yang dulu kuimpikan

Kini,
Waktu menyadarkanku bahwa aku semakin dewasa
Telah kujelajah dunia luar yang kaya makna
Telah kutelaah setiap detil yang terjadi
Menemukan beragam rasa
Untaian berbagai kisah
Ciptakan berjuta tawa
Dulu, itu semua kulakukan denganmu
Sekarang?

Aku tahu,
Aku tahu mengapa kita takkan bersama
Aku paham,
Aku paham mengapa Tuhan tak menyatukan kita
Aku mengerti,
Aku mengerti apa yang kau mau, dan apa yang kau rasa

Tapi, mungkin engkau lupa
Engkau lupa bahwa aku adalah wanita
Dengan sejuta rasa peka
Dengan sepuluh juta torehan cinta
Dan dengan seratus juta cinta yang terangkai tentangmu

Aku sadar,
Apa yang kumau takkan pernah selalu terjadi
Aku sadar,
Diriku yang terlalu lemah, tak mampu mendampingi jiwamu yang kuat
Dan aku juga sadar,
Bahwa Tuhan akan selalu sayang padaku
Ia tahu apa yang terbaik
Dan akan selalu memberikan yang terbaik untukku

Dan...
Detik demi detik terus bergulir
Membawaku berjalan pada lorong waktu
Menuju garis akhir, untuk memisahkanku denganmu

Aku tahu duniamu
Dan aku tahu duniaku
Kita berbeda, maka, kita takkan bisa bersama
Walau waktu telah terbuang sia
Walau telah kuhabiskan bermilyar detik untukku menanti
Menanti akan cinta yang mustahil
Menanti akan sesuatu yang tak pasti

Terimakasih, kak..
Perjuanganku untuk cintamu

Begitu 'menampar' batinku dengan torehan makna tajam
Bahwa "Kita Takkan Pernah Bisa Bersama"

I love you,
Since the first time I understand "What is Love?"

---

Aku mencintaimu,
Sejak pertama kali aku mengerti "Apa itu cinta?"



:::Kasyafa Firesa:::kasyafa13.blogspot.com:::