Red Bobblehead Bunny Kasyafa Firesa's Blog: Artikel 1: Pramuka Zaman Kini, Dikurikulumkan?

Friday, July 5, 2013

Artikel 1: Pramuka Zaman Kini, Dikurikulumkan?

Assalamu'alaikum...
Salam Pramuka !

Salam untuk semua para pembaca :) Disini saya ingin memberikan sedikit opini tentang "Pramuka Zaman Kini Dikurikulumkan?". Semua postingan ini hanyalah bertujuan untuk memberikan sedikit gambaran dan sedikit penda[at dari rekan-rekan yang bersangkutan untuk kemudian saya saring dan simpulkan menjadi sebuah artikel yang mudah-mudahan bermanfaat untuk para pembaca sekalian! :)
Happy read...

Pramuka Zaman Kini, Dikurikulumkan?

Sejak beredar isu bahwa Pramuka akan dimasukkan kedalam kurikulum sekolah, pro-kontra timbul dimana-mana. Bukan hanya di kalangan para pramuka saja, namun juga beredar di kalangan para guru, pelajar dari tingkat manapun, para pejabat, juga masyarakat di sekitar. banyak yang setuju akan rencana ini, namun tidak sedikit juga lho yang kontra. Kira-kira apa saja sih alasan mereka yang setuju dan tidak setuju akan wacana ini? Berikut inilah hasil wawancara yang saya lakukan ke beberapa orang sekitar. Semoga bisa memberi gambaran pada kita akan pendapat mana yang benar.

        Bagi yang setuju, biasanya terdiri dari kalangan anggota Pramuka tentunya. Alasan mereka, kurikulum Pramuka akan membuat Pramuka menjadi salah satu "ekstrakurikuler wajib dan harus" diikuti oleh setiap siswa.
1. Membuat Ekstrakurikuler Pramuka Tidak Akan Punah

        "Hal ini membuat anggota Pramuka semakin banyak dan Pramuka tidak akan punah disetiap sekolah." sungut salah satu anggota Pramuka SMAN 2 Tambun Selatan yang saya wawancarai saat itu. Berdasarkan pengalaman dan survey yang saya alami, memang di beberapa tempat minat terhadap Ekstrakurikuler Pramuka semakin menurun. Banyak yang berpendapat karena mayoritras siswa sudah mulai bosan dengan Pramuka dan mereka lebih tertarik mengikuti ekstrakurikuler "baru" yang banyak bermunculan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Pramuka Memiliki Fungsi dan Kedudukan yang Penting

         Pemerintah yang diwakili oleh para majelis pembimbing, satuan kwartir dan elemen kepramukaan lainnya -sebagian besar- turut memberikan dukungan pada wacana ini. Alasannya hampir sama. Cara inilah yang bisa membuat Pramuka selalu ada setiap waktu, dimanapun dan kapanpun. Alasan mereka untuk mengkurikulumkan bukan sekedar untuk "mewajibkan" atau "memaksakan" kepada setiap siswa untuk menjadi seorang Pramuka. Namun ingin menanamkan dan memperkenalkan Pramuka kepada seluruh siswa maupun lapisan masyarakat, bahwa Pramuka itu ada, dan sangat bermanfaat untuk kita semua.
      Kurikulum diadakan sebagai salah satu bukti bahwa Pemerintah sangat mendukung adanya kegiatan Pramuka. "Kurikulum sudah diadakan, tinggal bagaimana nanti para pembina dan instruktur yang me-manage semua itu, yang membuat setiap siswa mampu bertahan untuk mendedikasikan dirinya dalam Pramuka. Karena kita tahu Pramuka sangat potensial, apa salahnya kita mewajibkan Pramuka? Syukur-syukur mereka dapat menjadi Pramuka sesungguhnya dan dapat mengamalkan dua kode kehormatan yang ada di Pramuka, yaitu Trisatya dam Dasadharma.
     "Jika dua kode etik tersebut dapat diamalkan oleh setiap anggota, dijamin anggota tersebut sudah setingkat "manusia dewa" dan Indonesia tidak perlu takut akan degradasi moral." sahut Pembina Pramuka di salah satu Kwartir Ranting Tambun Selatan.

3. Membuat Jumlah Anggota Pramuka Indonesia menjati "The Largest in The World"
Yaps, kurikulum iniu secara tidak lengsung membuat anggota Pramuka Indonesia menjadi yang terbesar di dunia. Jumlahnya mencapai 21-22 Juta jiwa. Saat ini, "mewajibkan Pramuka" masih dilakukan oleh hanya beberapa sekolah. Sebagian lainnya masih bertengger pada idealisme masing-masing untuk membolehkan siswa memilih ekstrakurikulernya sesuai minat. Namun berkat adanya kurikulum Pramuka di Indonesia, tentu jumlah terbesar ini akan menjadi semakin besar dan Pramuka Indonesia benar-benar terbanyak didunia. Inilah grade yang dapat dicapaiu Pramuka, jika Indonesia sebagai negara berkembang masih tertinggal jauh dalam hal iptek dibandingkan negara lain, maka Indonesia "tidak boleh kalah" dalam hal Pramuka.

4. Diharapkan Dapat "Membius" Pelajar Untuk Menggeluti Pramuka
Beberapa idealisme yang dilontarkan oleh pihak sekolah yang belum juga menjadikan Pramuka sebagai salah satu ekstrakurikulernya berpendapat bahwa siswa tidak diharuskan untuk dipaksa. Mereka memiliki hak untuk memilih apa yang mereka minati dan mengembangkan kemampuan Pramuka. Diseberang pendapat, banyak juga yang berpendapat bahwa kurikulum Pramuka sama sekali tidak membatasi minat dan kemampuan siswa. Toh, siswa masih diperbolehkan memilih ekstrakurikuler sampingan jika ia mau. Maksud dari mewajibkan disini, diharapkan sebagian atau bahkan seluruh siswa dapat "terbius" oleh pesona Pramuka, yang kaya akan menfaat, fungsi yang bagus, tujuan yang mulia dan kedudukan yang sangat penting.

Dari beberapa paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa sebagian yang setuju terhadap wacana ini, memiliki berbagai alasan kuat disertai fakta konkret yang akan didapatkan di Indonesia pada masa mendatang. Bahkan kabar terbarunya, status "wacana" ini akan dihapus karena kurikulum akan segera diberlakukan. Selamat ber-Pramuka  kawan-kawan! :)

Dan hmmm... tak kalah sedikit nih yang berpendapat tidak setuju tentang kurikulum Pramuka. Sebagian diantara mereka berasal dari kalangan Pramuka (juga lho), beberapa guru dan masyarakat sekitar. Dari hasil wawancara saya, dapat saya simpulkan sebagai berikut:

1. Pramuka adalah Universal

       Yap, Resolusi Konferensi Kepramukaan Sedunia yang bertempat di Kopenhagen, Denmark memang menyatakan 3 sifat kepramukaan, diantaranya yaitu Universal. Pramuka sebagai organisasi yang bersifat universal; memiliki arti bahwa Pramuka itu berlaku untuk siapa saja, dimana dan kapan saja. Pramuka juga sukarela, artinya, setiap anggota yang tergabung dalam Pramuka haruslah didasarkan pada minat mereka, dengan kata lain, sesuai hati mereka.
      "Pramuka itu sukarela. Jangan dipaksakan." sungut rekan saya yang masih dalam satu organisasi dengan saya. Menurut mereka, alasan utama ketidaksetujuan itu adalah bahwa Pramuka tidak boleh dipaksakan. Ini membuat Pramuka terkesan "keras" dan tujuan didirikannya Pramuka tidak berjalan dengan baik. Beragam fungsi Pramuka yang potensialis akan menghilang dan tidak tercapai begitu saja, jika setiap siswa menjadi anggota Pramuka hanya karena ada paksaan. "Segala sesuatu yang dipaksakan, hasilnya tidak akan maksimal", begitulah kata bijak berbicara.

2. Kecintaan Terhadap Pramuka Menurun

        Yang namanya cinta itu berawal dari suka. Dan suka itu berawal dari minat. Dengan kata lain, cinta akan tumbuh jika ada minat. Jika minat saja tidak ada, jangan mengharapkan setiap siswa bisa "mencintai" Pramuka. Padahal, kedudukan "cinta dengan Pramuka" memiliki fungsi yang bagus lho kawan-kawan, kecintaan itu akan membuat mereka bersungguh-sungguh menjadi Pramuka "yang sebanarnya", mengamalkan kode etiknya, menaati peraturannya, melaksanakan tugas dan kewajibannya, berloyalitas dan berdedikasi untuknya, dan berkorban apa saja untuk Pramuka. Secara tidak langsung ini akan membuat Pramuka memiliki anggota yang "super waw" karena selalu "siap sedia" untuknya.

3. Kuantitas Meningkat, Kualitas Menurun

Hal ini barulah sekedar opini. Banyak yang beranggapan bahwa semakin banyaknya Pramuka, yang tidak diimbangi dengan mengingkatnya pula pembina yang berkualitas, malah berakibat yang kurang baik. Pembina akan kewalahan menghadapi anggota Pramuka yang bejibun, ditambah mereka harus super-super ber-sistem among dan lapang dada dalam membina dan mendidik seluruh anggota Pramuka sepenuh hati. Tidak setiap anggota Pramuka nantinya akan "mau diatur", karena hakikatnya mereka menjadi anggota Pramuka bukan karena kemauannya. Hal ini mudah sekali menyebabkan munculnya "pemberontakan" terhadap "sang pengatur" di Pramuka, baik itu guru, pembina maupun instruktur yang bertugas.

Dengan adanya kewalahan itu, sangat memungkinkan pembina menjadi "tidak fokus" untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan para Pramuka yang sedang dibinanya. Para pembina akan lebih sibuk mengurusi siswa-siswa yang mencoba "melanggar" denga tidak mengaktifkan diri kedalam Pramuka, untuk membuat mereka berminat dan aktif kembali, daripada mengurusi anggota Pramuka yang memang sudah dengan sukarela menggabungkan dirinya kedalam organisasi tersebut.

Yap, dari paparan diatas tentu kawan-kawan sudah memiliki referensi dari berbagai pandangan, bukan? Semua penda[at bagus dan memiliki argumen yang real dan kuat. Semuanya tinggal kembali kepada kita, mau melihat dari sudut pandang yang mana. Karena pada dasarnya, semua opsi adalah "baik" jika kita melaksanakannya sesuai sistem yang baik pula.
Demikian, semoga bermanfaat :)

*Hai para pembaca, jangan jadikan dirimu sebagai pembaca gelap ya? :) Maksud saya, berikanlah komentar anda untuk artikel ini. Baik atau buruk itu sesuai pribadi Anda, asal bersifat membangun untuk kita semua. Terimakasih :)
Salam kenal,
Kasyafa Firesa

2 comments: